Hai, jumpa lagi sama Dewa Waktu. Bertepatan pada tanggal 20 Mei 2017 ini, kita merayakan Hari Kebangkitan Nasional, yaitu hari didirikannya ...
Hai, jumpa lagi sama Dewa Waktu. Bertepatan pada tanggal 20 Mei 2017 ini, kita merayakan Hari Kebangkitan Nasional, yaitu hari didirikannya Budi Utomo. Oleh karena itu, tema kita kali ini adalah Kebangkitan Nasional.
Mengapa tanggal berdirinya Budi Utomo ditetapkan sebagai Hari Kebangkitan Nasional? Jawabannya karena organisasi ini yang berhasil membawa aspirasi rakyat dan menginspirasi untuk menuju kebangkitan. Namun yang akan kita bahas kali ini bukanlah kebangkitan nasional pada masa Budi Utomo, tetapi pada masa kita saat ini.
Ada yang tau arti dari Kebangkitan Nasional? Mungkin jika kita penggal setiap kata dapat diartikan sebagai kebangkitan secara radikal atau kebangkitan seluruh rakyat Indonesia. Jika pada masa Budi Utomo, kebangkitan nasional dapat diartikan sebagai lahirnya organisasi-organisasi modern yang bertujuan sama, yaitu lepas dari penjajahan.
Nah, bagaimana dengan kebangkitan nasional kita saat ini? Apakah kebangkitan dari penjajahan? Jawabannya bisa ya dan tidak. Jika berarti bersatu untuk mengusir penjajah maka jawabannya tidak. Karena saat ini Indonesia tercinta kita tidak dijajah secara langsung. Indonesia saat ini tengah mengalami masa-masa penjajahan yang disebut Imperialisme Modern.
Imperialisme Modern, kita artikan secara simpel saja yaitu penjajahan melalui berbagai aspek. Misalnya investor asing yang menanam modal di Indonesia, kemudian bahan-bahan dari Tanah Ibu Pertiwi yang diambil penjajah asing, masyarakat kita yang diperbudak sebagai target penjualan dari penjajah asing, tenaga kerja murah, dan masih banyak lagi.
Mengapa investor asing yang menanamkan modal di negara kita disebut penjajah? Bisa sebutkan berapa banyak perusahaan-perusahaan asing di negara kita? Maksud dari negara mungkin baik yaitu menambah investasi melalui investor asing, namun dampak bagi masyarakat yang konsumtif sangatlah buruk. Masyarakat kita justru ditipu oleh mereka.
Misalnya produk dari suatu perusahaan makanan asing di Indonesia. Jika dilogika, yang namanya makanan tidak mungkin mengambil bahan dari negara asal perusahaan. Sudah pasti mengambil dari Indonesia karena ketersediaan bahan, keterjangkauan waktu, dan alasan kesehatan. Lalu, perusahaan asing itu sendiri dioperasikan oleh warga kita, singkatnya buruh pekerjanya juga dari Indonesia. Mengapa? Karena jumlah penduduk yang melebihi populasi tidak seimbang dengan lapangan pekerjaan. Yang terakhir, hasil atau produk dari perusahaan tersebut sudah pasti juga dijual di Indonesia. Yang namanya perusahaan, pasti memiliki target penjualan untuk mencapai keuntungan maksimal. Kesimpulannya, suatu perusahaan asing biasanya mengambil bahan dari Indonesia, tenaga kerja dari Indonesia, konsumen dari Indonesia, namun keuntungan dipihak mereka.
Jika kita renungkan tentunya tidak sesuai dengan yang namanya Kebangkitan Nasional. Apakah kita sudah bangkit? Jawabannya belum, justru kita semakin terpuruk. Pembahasan mengenai perusahaan makanan di atas hanyalah contoh dari salah satu aspek jalannya Imperialisme Modern. Masih banyak bidang yang ditargetkan dari penjajah asing, diantaranya sosial-budaya, bahasa, politik, hukum, ekonomi, pendidikan dan masih banyak lagi.
Jika kita cermati dari tanggal 20 Mei beberapa tahun lalu ke tanggal 20 Mei tahun-tahun berikutnya, kita semakin lengah dari penjajah modern ini. Seolah-olah kita kehilangan identitas kita sebagai warga Indonesia ini. Lalu apa yang harus kita lakukan untuk menghadapi penjajah asing? Hal nyata apakah yang harus kita lakukan sebagai perwujudan kebangkitan nasional?
Jika kita melakukan demo, mengusir investor asing, tentunya mustahil. Sebagai warga Indonesia kita harus meningkatkan kecintaan kita akan Indonesia sebagai perwujudan Kebangkitan Nasional. Tentunya dimulai dari hal kecil yang banyak disepelekan. Misalnya Dewa Waktu sendiri, sebagai seorang pelajar akan berusaha maksimal dalam berperilaku disiplin dan memegang jati diri sebagai pelajar Indonesia.
Apakah hal kecil seperti itu bisa disebut perwujudan Kebangkitan Nasional? Jawabannya iya. Semua berawal dari hal yang kecil, berawal dari kita sendiri. Oleh karena itu sebagai perwujudan Kebangkitan Nasional, kita harus memulainya dari Kebangkitan Diri Sendiri.
Nah, bagaimana? Sudahkah teman-teman memulainya? Tanggal 20 Mei bukan sekedar hari peringatan ya, karena kita masih dijajah, maka kita harus memulainya saat ini juga. Ok sekian dulu postingan Dewa Waktu kali ini, jangan lupa share ketemen-temen biar pada tau yaaa...
Mengapa tanggal berdirinya Budi Utomo ditetapkan sebagai Hari Kebangkitan Nasional? Jawabannya karena organisasi ini yang berhasil membawa aspirasi rakyat dan menginspirasi untuk menuju kebangkitan. Namun yang akan kita bahas kali ini bukanlah kebangkitan nasional pada masa Budi Utomo, tetapi pada masa kita saat ini.
Ada yang tau arti dari Kebangkitan Nasional? Mungkin jika kita penggal setiap kata dapat diartikan sebagai kebangkitan secara radikal atau kebangkitan seluruh rakyat Indonesia. Jika pada masa Budi Utomo, kebangkitan nasional dapat diartikan sebagai lahirnya organisasi-organisasi modern yang bertujuan sama, yaitu lepas dari penjajahan.
Nah, bagaimana dengan kebangkitan nasional kita saat ini? Apakah kebangkitan dari penjajahan? Jawabannya bisa ya dan tidak. Jika berarti bersatu untuk mengusir penjajah maka jawabannya tidak. Karena saat ini Indonesia tercinta kita tidak dijajah secara langsung. Indonesia saat ini tengah mengalami masa-masa penjajahan yang disebut Imperialisme Modern.
Imperialisme Modern, kita artikan secara simpel saja yaitu penjajahan melalui berbagai aspek. Misalnya investor asing yang menanam modal di Indonesia, kemudian bahan-bahan dari Tanah Ibu Pertiwi yang diambil penjajah asing, masyarakat kita yang diperbudak sebagai target penjualan dari penjajah asing, tenaga kerja murah, dan masih banyak lagi.
Mengapa investor asing yang menanamkan modal di negara kita disebut penjajah? Bisa sebutkan berapa banyak perusahaan-perusahaan asing di negara kita? Maksud dari negara mungkin baik yaitu menambah investasi melalui investor asing, namun dampak bagi masyarakat yang konsumtif sangatlah buruk. Masyarakat kita justru ditipu oleh mereka.
Misalnya produk dari suatu perusahaan makanan asing di Indonesia. Jika dilogika, yang namanya makanan tidak mungkin mengambil bahan dari negara asal perusahaan. Sudah pasti mengambil dari Indonesia karena ketersediaan bahan, keterjangkauan waktu, dan alasan kesehatan. Lalu, perusahaan asing itu sendiri dioperasikan oleh warga kita, singkatnya buruh pekerjanya juga dari Indonesia. Mengapa? Karena jumlah penduduk yang melebihi populasi tidak seimbang dengan lapangan pekerjaan. Yang terakhir, hasil atau produk dari perusahaan tersebut sudah pasti juga dijual di Indonesia. Yang namanya perusahaan, pasti memiliki target penjualan untuk mencapai keuntungan maksimal. Kesimpulannya, suatu perusahaan asing biasanya mengambil bahan dari Indonesia, tenaga kerja dari Indonesia, konsumen dari Indonesia, namun keuntungan dipihak mereka.
Jika kita renungkan tentunya tidak sesuai dengan yang namanya Kebangkitan Nasional. Apakah kita sudah bangkit? Jawabannya belum, justru kita semakin terpuruk. Pembahasan mengenai perusahaan makanan di atas hanyalah contoh dari salah satu aspek jalannya Imperialisme Modern. Masih banyak bidang yang ditargetkan dari penjajah asing, diantaranya sosial-budaya, bahasa, politik, hukum, ekonomi, pendidikan dan masih banyak lagi.
Jika kita cermati dari tanggal 20 Mei beberapa tahun lalu ke tanggal 20 Mei tahun-tahun berikutnya, kita semakin lengah dari penjajah modern ini. Seolah-olah kita kehilangan identitas kita sebagai warga Indonesia ini. Lalu apa yang harus kita lakukan untuk menghadapi penjajah asing? Hal nyata apakah yang harus kita lakukan sebagai perwujudan kebangkitan nasional?
Jika kita melakukan demo, mengusir investor asing, tentunya mustahil. Sebagai warga Indonesia kita harus meningkatkan kecintaan kita akan Indonesia sebagai perwujudan Kebangkitan Nasional. Tentunya dimulai dari hal kecil yang banyak disepelekan. Misalnya Dewa Waktu sendiri, sebagai seorang pelajar akan berusaha maksimal dalam berperilaku disiplin dan memegang jati diri sebagai pelajar Indonesia.
Apakah hal kecil seperti itu bisa disebut perwujudan Kebangkitan Nasional? Jawabannya iya. Semua berawal dari hal yang kecil, berawal dari kita sendiri. Oleh karena itu sebagai perwujudan Kebangkitan Nasional, kita harus memulainya dari Kebangkitan Diri Sendiri.
Nah, bagaimana? Sudahkah teman-teman memulainya? Tanggal 20 Mei bukan sekedar hari peringatan ya, karena kita masih dijajah, maka kita harus memulainya saat ini juga. Ok sekian dulu postingan Dewa Waktu kali ini, jangan lupa share ketemen-temen biar pada tau yaaa...
COMMENTS